Senin, 17 Januari 2011

Nonreturn to Zero-Level (NRZ-L)

Nonreturn to Zero-Level (NRZ-L):yaitu suatu kode dimana tegangan negatif dipakai untuk mewakili suatu binary dan tegangan positif dipakai untuk mewakili binary lainnya.
• Dua tegangan yang berbeda antara bit 0 dan bit 1
• Tegangan konstan selama interval bit
• Tidak ada transisi yaitu tegangan no return to zero

Contoh:

• Lebih sering, tegangan negatif untuk satu hasil dan tegangan positif untuk yang lain
• Ini adalah NRZ-L

Nonreturn to Zero Inverted (NRZI):

Nonreturn to Zero Inverted (NRZI): yaitu suatu kode dimana suatu transisi (low ke high atau high ke low) pada awal suatu bit time akan dikenal sebagai binary '1' untuk bit time tersebut; tidak ada transisi berarti binary '0'. Sehingga NRZI merupakan salah satu contoh dari differensial encoding.
• Nonreturn to Zero Inverted (NRZI) dalam kesatuan
• Pulsa tegangan konstan untuk durasi bit
• Data dikodekan / diterjemahkan sebagai kehadiran(ada) atau ketiadaan sinyal transisi saat      permulaan bit time
• Transisi (dari rendah ke tinggi atau tinggi ke rendah) merupakan biner 1
• Tidak ada transisi untuk biner 0
• Sebagai contoh encoding differential

Keuntungan differensial encoding :
• lebih kebal noise
• tidak dipengaruhi oleh level tegangan.
Kelemahan dari NRZ-L maupun NRZI :
• keterbatasan dalam komponen dc dan kemampuan synchronisasi yang buruk
NRZ



• Data menggambarkan perubahan daripada level
• Deteksi yang lebih dapat dipercaya untuk transisi daripada level
• Pada transmisi yang lebih komplek layoutnya lebih mudah hilang pada polatitas
NRZ pros and cons
• Pros
• Mudah untuk teknisi
• Membuat kegunaan bandwidth menjadi baik
• Cons
• Komponen dc
• Kekurangan dari kapasitas sinkronisasi
• Digunakan untuk recording magnetik
• Tidak sering digunakan untuk transmisi sinyal

Bipolar with 8-Zeros Substitution (B8ZS) yaitu suatu kode dimana :
• jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah positif, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-encode sebagai 000+ -0- +
• jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah negatif, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-encode sebagai 000-+0+ -.
• Penggantian Bipolar With 8 Zeros
• Didasarkan pada bipolar-AMI
• Jika octet pada semua zero dan pulsa terakhir tegangan yang terdahulu adalah encode positif sebagai 000+-0-+
• Jika octet pada semua zero dan pulsa terakhir tegangan yang terdahulu adalah encode negatif sebagai 000-+0+-
• Karena dua pelanggaran pada kode AMI
• Tidak mungkin untuk terjadi seperti hasil noise
• Receiver mendeteksi dan menerjemahkan seperti octed pada semua zero
• Penggunaan Scrambling untuk menggantikan rangkaian yang menghasilkan tegangan konstan.
• Rangkaian Filling
• Harus cukup menghasilkan transisi untuk sinkronisasi
• Harus dapat diakui oleh receiver dan digantikan dengan yang asli
• Panjang sama dengan yang asli
• Tidak ada komponen dc
• Tidak ada rangkaian panjang pada saluran sinyal level zero
• Tidak ada penurunan pada kecepatan data
• Kemampuan pendeteksian error

High-density bipolar-3 zeros (HDB3): yaitu suatu kode dimana menggantikan stringstring dari 4 nol dengan rangkaian yang mengandung satu atau dua pulsa atau disebut kode violation, jika violation terakhir positive maka violation ini pasti negative dan sebaliknya (lihat tabel).
• Kepadatan tinggi Bipolar 3 Zeros
• Didasarkan pada bipolar-AMntikan dengan satu atau dua pulsa
Aturan subsitusi HDB3

B8ZS dan HDB3 



Kedua kode ini berdasarkan pada penggunaan AMI encoding dan cocok untuk transmisi dengan data rate tinggi.

Metode Vertical Redundancy Check (VRC)
Vertical Redundancy Check disebut juga dengan Parity Checking merupakan salah satu
dari metode pendeteksi error yang tertua dan paling sederhana. Dengan teknik ini satu blok bit
tambahan ditambahkan ke tiap byte pada message, sehingga jumlah bit paritasnya genap. Secara
konsep VRC dapat digambarkan sebagai berikut:



Parity bit ini diset untuk membuat jumlah total dari 1 di dalam byte (termasuk parity bit) menjadi
genap atau ganjil. Contohnya untuk data empat bit, 1001, terdapat 1 sebanyak dua bit. Untuk
parity genap nol (0) ditambahkan di akhir data agar paritynya genap. Kemudian untuk parity
ganjil 1 ditambahkan agar partynya ganjil. Seperti ditunjukkan pada table berikut ini.


Kelemahan parity cecking dapat mendeteksi terjadinya kesalahan, tetapi tidak dapat mendeteksi
kesalahan apa yang terjadi. Lebih lanjut jika ada dua bit dipertukarkan, parity cek tidak dapat
mendeteksi error. Secara mudah hal ini dapat dilihat bahwa parity dapat mendeteksi error hanya
ketika sebuah bit ganjil ditukar Bila jumlah bit genap maka pendeteksian error gagal. Oleh
karena itu kemungkinan pendeteksian error dengan parity checking hanya 50%, akibatnya
sekarang teknik ini jarang digunakan.

Cyclical Redundancy Check (CRC)

Metode CRC merupakan metode yang dapat menangani deteksi error yang paling baik
diantara metode-metode yang telah dibahas sebelumnya. Metode ini pada prinsipnya
menggunakan pembagian bilangan biner dengan CRC checker dan pembagian biner dengan CRC
generator. Dalam gambar berikut dijelaskan prinsip CRC secara umum.



Kemampuan dari CRC adalah :
1. Dapat mendeteksi semua burst error yang mengakibatkan jumlah bit ganjil
2. Dapat mendeteksi semua burst error yang panjangnya kurang dari atau sama dengan pangkat
dari polynomial.
3. Mendeteksi dengan burst error yang mempunyai mempunyai pangkat yang lebih besar atau
sama dengan pangkat dari polynomial.
Contoh : CRC –12 dapat mendeteksi dengan probabilitas 99.97% burst error yang mempunyai
pangkat 12 atau lebih.
Contoh lainnya dapat dijelaskan dengan gambar di bawah ini :



Dengan selective-reject ARQ, frame-frame yang hanya diretransmisikan adalah frame-frame yang menerima balasan negatif, dalam hal ini disebut SREJ atau frame-frame yang waktunya sudah habis. Gambar di posting ini menyajikan ilustrasi skema ini. Bila frame 5 diterima rusak, B mengirim SREJ 4, yang berarti frame 4 tidak diterima. Selanjutnya, B berlanjut dengan menerima frame-frame yang datang dan menahan mereka sampai frame 4 yang valid diterima. Dalam. hal ini, B dapat meletakkan frame sesuai pada tempatnya agar bisa dikirim ke software pada lapisan yang lebih tinggi.
Selective Reject lebih efisien dibanding go-back-N, karena selective reject meminimalkan jumlah retransmisi. Dengan kata lain, receiver harus mempertahankan penyangga sebesar mungkin untuk menyimpan tempat bagi frame SREJ sampai frame yang rusak diretransmisi, serta harus memuat logika untuk diselipkan kembali frame tersebut pada urutan yang tepat. Selain itu, transrrdtter juga memerlukan logika yang lebih kompleks agar mampu mengirimkan frame diluar urutan. Karena komplikasi semacam itu, selective-reject ARQ tidak terlalu banyak dipergunakan dibanding go-back N ARQ.
Batas ukuran jendela lebih terbatas untuk selective-reject daripada go-back-N. Amati kasus ukuran nomor urut 3-bit untuk selective reject. Dengan ukuran jendela sebesar tujuh, Ialu amati skenario berikut:
  1. Stasiun A mengirim frame 0 melalui 6 menuju stasiun B
  2. Stasiun B menerima ketujuh frame dan membalasnya secara komulatif dengan RR7.
  3. karena adanya derau besar, RR7 menghilang.
  4. Waktu habis dan mentransmisikan frame 0 kembali.
  5. B memajukan jendela penerimanya agar menerima frame 7, 0, 1, 2, 3, 4, dan 5. Jadi diasumsikan bahwa frame 7 sudah hilang dan berarti pula ini merupakan frame 0 yang baru diterimanya.

(a) Go-Back-N ARQ (b) Selective reject ARQ


GAMBAR: Protokol sliding window ARQ
Masalah pada skenario tersebut, adalah adanya tumpang tindih antara jendela pengiriman dan penerimaan. Untuk mengatasinya, ukuran jendela maksimum harus tidak boleh lebih dari separuh jarak nomor urutan. Pada skenario sebelumnya, seandainya keempat frame tak terbalas belum diselesaikan, maka tidak akan terjadi kekacauan. Umumnya, untuk bidang bernomor urut k-bit, yang meneyediakan jarak urutan nomor sebesar 2k, ukuran maksimum jendela dibatasi sampai 2k-1.

Bentuk pengkontrolan kesalahan didasarkan atas teknik kontrol arus sliding window yang biasa disebut juga dengan Go-back-N ARQ. Dalam metode ini, stasiun bisa mengirim deretan frame yang diurutkan berdasarkan suatu modulo bilangan. Jumlah frame balasan yang ada ditentukan oleh ukuran jendela, menggunakan teknik kontrol arus jendela penggeseran. Bila tidak terjadi suatu. kesalahan, stasiun tujuan akan membalas (RR = Receive Ready, atau piggybacked Acknowledgement) frame yang datang seperti biasa. Bila stasiun tujuan mendeteksi suatu kesalahan pada sebuah frame, stasiunt tujuan mengirim balasan negatif (REJ = reject) untuk frame tersebut. Stasiun tujuan kemudian membuang frame itu dan semua frame-frame yang nantinya akan datang sampai frame yang mengalami kesalahan diterima dengan benar. Jadi, stasiun sumber, bila menerima REJ, harus melakukan retransniisi terhadap frame yang mengalami kesalahan tersebut plus semua frame pengganti yang ditransmisikan sementara.
Pertimbangkan bahwa stasiun A mengirim frame ke stasiun B. Setelah setiap transmisi dilakukan, A menyusun pencatat waktu balasan untuk frame yang baru saja ditransmisi. Anggap saja bahwa B sebelumnya berhasil menerima frame (i – 1) dan A baru saja mentransmisikan frame i. Teknik go-back-N mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan berikut ini:
  1. Rusaknya frame: Bila frame yang diterima invalid (misalnya, B mendeteksi adanya kesalahan), B membuang frame dan tidak melakukan tindakan apa-apa. Dalam hal ini ada dua subkasus,yakni:
    1. Didalam periode waktu yang memungkinkan, A berturut-turut mengirim frame (i+1). B menerima frame (i+1) yang tidak beres dan mengirim REJ i. A harus melakukan retransmisi terhadap frame i dan semua frame urutannya.
    2. A tidak segera mengirim frame-frame tambahan. B tidak menerima apa-apa serta tidak mengembalikan RR maupun REJ. Bila pewaktu A habis, A mentransmisikan frame RR yang memuat bit yang disebut dengan bit P, yang disusun berdasarkan 1. B menerjemahkan frame RR dengan bit P dari 1 sebagai perintah yang harus dijawab dengan jalan mengirimkan RR, menunjukkan frame berikutnya yang diharapkan, yang berupa frame i. Bila A menerima. RR, ia kembali mentransmisikan frame i.
  2. Rusaknya RR. Terdapat dua subkasus:
    1. B menerima frame i dan mengirim RR (i+1), yang hilang saat singgah. Karena balasannya kumulatif (misalnya, RR 6 berarti semua frame sampai 5 dibalas), kemungkinan A akan menerima RR urutannya sampai frame berikutnya dan akan tiba sebelum pewaktu yang dihubungkan dengan frame i berakhir.
    2. Bila pencatat waktu A habis, A mentransmisikan perintah RR sebagaimana dalam kasus l.2 diatas. A menyusun pewaktu yang lain, yang disebut pewaktu P-bit. Bila B gagal merespons perintah RR, atau bila responsnya rusak, maka pewaktu P-bit A akan berakhir. Dalam hal ini. A akan kembali berusaha dengan cara membuat perintah R yang baru dan kembali mengulang pewaktu P-bit. Prosedur ini diusahakan untuk sejumlah iterasi. Bila A gagal memperoleh balasan setelah beberapa upaya maksimum dilakukan. A kembali mengulangi prosedur yang sama.
  3. Rusaknya REJ. Bila REJ hilang, sama dengan kasus l.2.
(a) Go-Back-N ARQ                (b) Selective reject ARQ

GAMBAR: Protokol sliding window ARQ
Gambar di posting ini adalah contoh aliran frame untuk go-back N ARQ. Karena adanya penundaan perambatan pada jalur, dari saat itu di mana balasan (baik positif maupun negatif) tiba kembali di stasiun pengiriman, sedikitnya telah dikirim satu frame tambahan di luar frame yang sedang dibalas. Dalam contoh ini, frame 4 mengalami kerusakan. Frame 5 dan 6 diterima tidak sesuai yang diperintahkan dan dibuang oleh B. Saat frame 5 tiba, B segera mengirim REJ 4. Saat REJ untuk frame 4 diterima, tidak hanya frame 4 saja namun juga frame 5 dan 6 yang harus ditransmisikan kembali. Perlu dicatat bahwa transmitter harus menjaga tiruan semua frame yang tidak dibalas.
Pada bagian flow control, telah dibahas bahwa untuk bidang bernomor urut k-bit, yang menyediakan jarak bernomor urut 2k, ukuran window maksimum dibatasi sampai 2k-l. Ini harus dilakukan dengan cara dilakukannya interaksi antara pengontrolan kesalahan dan balasan. Amati, bila data sedang dipindahkan ke dua arah, stasiun B harus mengirimkan piggybacked ACK ke frame yang dari stasiun A di dalam frame data yang sedang ditransmisikan oleh B. Bahkan bila balasannya sudah dikirim. Sebagaimana yang telah kita sebutkan tadi, hal ini karena B harus menempatkan beberapa nomor pada bidang di dalam balasan data framenya. Seperti yang nampak pada contoh, diasumsikan nomor urut 3-bit (jarak urutan nomor = 8). Anggap saja sebuah stasiun mengirim frame 0 dan menerima kembali RR 1 dan kemudian mengirim frame 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 0 dan menerima RR 1 yang lain. Ini berarti bahwa kedelapan frame sudah diterima dengan benar dan RR 1 merupakan balasan kumulatif. Juga bisa berarti bahwa kedelapan frame rusak atau hilang saat transit, dan stasiun penerima mengulangi RR 1 sebelumnya. Problem seperti ini bisa dihindari bila ukuran jendela maksimum dibatasi sampai 7 (23 – 1).

Stop-and-Wait ARQ

Stop-and-Wait ARQ didasarkan atas teknik flow control stop-and-wait yang telah diuraikan pada posting sebelumnya. Stasiun source mentransmisikan sebuah frame tunggal dan kemudian harus menunggu balasan berupa acknowledgement (ACK). Tidak ada frame yang dikirim sampai jawaban dari stasiun tujuan tiba di stasiun sumber.
Ada dua jenis kesalahan yang dapat terjadi. Pertama, frame yang tiba di tujuan bisa mengalami kerusakan. Receiver mendeteksi kerusakan tersebut dengan menggunakan teknik pendeteksian kesalahan yang berkaitan dengan pembuangan frame lebih awal. Untuk menghitung kemungkinan ini, stasiun sumber dilengkapi dengan sebuah pencatat waktu. Setelah frame ditransmisikan/stasiun sumber menunggu balasan. Bila tidak ada balasan yang diterima sampai waktu yang ditentukan pencatat habis, maka akan dikirimkan frame yang sama. perhatikan bahwa metode ini mengharuskan transmitter mempertahankan tiruan frame yang ditransmisikan sampai balasan diterima oleh frame tersebut.
Jenis kesalahan yang kedua adalah kerusakan pada balasan. Amati situasi berikut. Stasiun A mengirim, sebuah frame. Frame ini diterima dengan baik oleh stasiun B, yang meresponnya dengan memberi balasan (ACK). ACK mengalami kerusakan saat singgah dan tidak diakui oleh A, yang karenanya keluar dari jalur waktu dan kembali mengirim frame yang sama. Duplikat frame ini tiba dan diterima oleh B. Dengan begitu B menerima dua duplikat frame yang sama seolah-olah keduanya terpisah. Untuk mengatasi problem ini, frame bergantian diberi label 0 atau 1, dan balasan positifnya dalam bentuk ACK 0 dan ACK 1. Sesuai dengan aturan jendela penggeseran, ACK 0 membalas penerimaan frame bernomor 1 dan menunjukkan bahwa receiver siap untuk frame bemomor 0.
Gambar dalam posting ini memberi contoh penggunaan stop-and-wait ARQ, menunjukkan transmisi deretan frame dari sumber A menuju tujuan B. Gambar tersebut juga menunjukkan kedua jenis kesalahan yang baru saja digambarkan. Frame ketiga yang ditransmisikan oleh A hilang atau rusak dan karenanya tidak ada ACK yang dikembalikan oleh B. A mengalami time out dan kembali mentransn-dsikan frame yang sama. Saat B menerima dua frame dalam sebuah barisan dengan label yang sama, B membuang frame kedua namun mengirimkan ACK0 kembah ke masing-masing stasiun.
Kelebihan stop-and-wait ARQ adalah kesederhanaannya. Sedang kekurangannya, dibahas di bagian flow control, karena stop-and-wait ARQ ini merupakan mekanisme yang tidak efisien. Oleh karena itu teknik kontrol arus sliding window dapat diadaptasikan agar diperoleh pengunaan jalur yang lebih efisien lagi; dalam konteks ini, kadang-kadang disebut juga dengan ARQ yang kontinyu.




Sumber :


http://mzaidharitsah.blogspot.com/2009/05/teknik-encoding.html


http://teknik-informatika.com/stop-and-wait-arq/


http://teknik-informatika.com/go-back-n-arq/


http://teknik-informatika.com/selective-reject-arq/

Senin, 10 Januari 2011


Media Transmisi
Media Transmisi adalah media yang digunakan sebagai penghubung antara pengirim dan penerima, untuk melintaskan isyarat, dan isyarat inilah yang akan dimanipulasi dengan berbagai macam cara dan akan diubah kembali menjadi data

Kategori Media Transmisi
Secara garis besar media transmisi terbagi atas 2 kategori yaitu :
A.   Guided Media
B.   Unguided Media


A.Giuded Media
Contoh dari Guided Media
1.    Twisted Pair Cable
2.    Coaxial Cable
3.    Fiber Optic


1.Twisted Pair
Kabel Twisted pair (pasangan berpilin)
adalah sebuah bentuk kabel di mana dua konduktor digabungkan dengan tujuan untuk mengurangi atau meniadakan interfensi elektromagnetik dari luar seperti radiasi elektromagnetik dari kabel unshielded twisted pair (UTP) cables, dan crosstalk di antara pasangan kabel yang berdekatan.

Kabel Twisted Pair terbagi menjadi
-      Shielded
-      Unshielded


Shield Twisted Pair

Kabel STP (Shielded Twisted Pair) merupakan salah satu jenis kabel yang digunakan dalam jaringan komputer. Kabel ini berisi dua pair kabel (empat kabel) yang masing-masing pair dipilin (twisted).

Keunggulan kabel STP
-       Kabel STP memiliki perlindungan dan antisipasi tekukan kabel
-       Jaminan proteksi dari interferensi-interferensi eksternal

Kelemahan Kabel STP
-       Attenuasi meningkat pada frekuensi tinggi.
-       Pada frekuensi tinggi, keseimbangan menurun sehingga tidak dapat mengkompensasi timbulnya “crosstalk” dan sinyal noise”.
-       Harganya cukup mahal.


Kabel Unshield Twisted Pair

Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair ) merupakan salah satu jenis kabel yang paling banyak digunakan dalam jaringan komputer saat ini. Kabel ini berisi empat pasang (pair) kabel yang tiap pair-nya dipilin (twisted). Kabel ini tidak dilengkapi dengan pelindung (unshilded).

Keunggulan Kabel UTP
-       Mudah dipasang.
-       Ukurannya kecil.
-       Murah dibandingkan jenis media lainnya.

Kelemahan Kabel UTP
kabel UTP sangant rentan dengan efek interfereksi elektris yang berasal dari media di sekelilingnya.


2.Coaxial Cable / Kabel Coaxial


Coaxial Cable adalah suatu jenis kabel yang menggunakan dua buah konduktor. Kabel ini biasanya banyak digunakan untuk mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi mulai 300 kHz keatas. Karena kemampuannya dalam menyalurkan frekuensi tinggi tersebut, maka sistem transmisi dengan menggunakan kabel koaksial memiliki kapasitas kanal yang cukup besar.

Jenis Coaxial Cable
Jenis-jenis Coaxial Cable dikenal ada dua jenis, yaitu
-       thick coaxial cable (mempunyai diameter lumayan besar)
-       thin coaxial cable (mempunyai diameter lebih kecil)

Spesifikasi Penggunaan Thick Coaxial Cable
-       Setiap ujung harus diterminasi dengan terminator 50ohm (dianjurkan menggunakan terminator yang sudah dirakit, bukan menggunakan satu buah resistor 50-ohm 1 watt, sebab resistor mempunyai disipasi tegangan yang lumayan lebar).
-       Maksimum 3 segment dengan peralatan terhubung (attached devices) atau berupa populated segments.
-       Setiap kartu jaringan mempunyai pemancar tambahan (external transceiver).
-       Setiap segment maksimum berisi 100 perangkat jaringan, termasuk dalam hal ini repeaters.
-       Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet (atau sekitar 500 meter).
-       Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500 meter).
-       Setiap segment harus diberi ground.
-       Jarang maksimum antara tap atau pencabang dari kabel utama ke perangkat (device) adalah 16 feet (sekitar 5 meter).
-       Jarang minimum antar tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter).


Spesifikasi Penggunaan Thin Coaxial Cable
-       Setiap ujung kabel diberi terminator 50-ohm.
-       Panjang maksimal kabel adalah 1,000 feet (185 meter) per segment.
-       Setiap segment maksimum terkoneksi sebanyak 30 perangkat jaringan (devices)
-       Kartu jaringan cukup menggunakan transceiver yang onboard, tidak perlu tambahan transceiver, kecuali untuk repeater.
-       Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain (populated segment).
-       Setiap segment sebaiknya dilengkapi
-       dengan satu ground.
-       Panjang minimum antar T-Connector adalah 1,5 feet (0.5 meter).
-       Maksimum panjang kabel dalam satu segment adalah 1,818 feet (555 meter).
-       Setiap segment maksimum mempunyai 30 perangkat terkoneksi.


Keunggulan Kabel Coaxial
-       Dapat digunakan untuk menyalurkan informasi sampai dengan 900 kanal telepon
-       Dapat ditanam di dalam tanah sehingga biaya perawatan lebih rendah Karena menggunakan penutup isolasi maka kecil kemungkinan terjadi interferensi dengan sistem lain

Kelemahan Kabel Coaxial
-       Mempunyai redaman yang relatif besar, sehingga untuk hubungan jarak jauh harus dipasang repeater-repeater
-       Jika kabel dipasang diatas tanah, rawan terhadap gangguan gangguan fisik yang dapat berakibat putusnya hubungan.




3.Fiber Optic
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.


Struktur Dasar Fiber Optik
-       Core
-       Cladding
-       Coating/buffer

Tipe Fiber Optic
Berdasarkan mode transmisi yang digunakan fiber optic terdiri :
1. Multimode Step Index
2. Multimode Graded Index
3. Singlemode Step Index

Spesifikasi pemakaian Fiber Optic
-       Indoor cable:
1.    Menggunakan LED sebagai sumber cahaya
2.    Attenuation 3,5 dB/km (kehilangan 3,5 dB per kilometer signal)
3.    Panjang gelombang cahaya yang digunakan 850 nM (nano meter)
4.    Munggunakan Multimode, dapat melewatkan berbagai cahaya

-       Outdoor cable :
1.    Menggunakan Laser sebagai sumber cahaya
2.    Attenuation 1 dB/Km
3.    Panjang gelombang 1170 nM (nano meter)
4.    Monomode (single mode)


Keuntungan Fiber Optic
1.    Less expensive
2.    Thinner
3.    Higher carrying capacity
4.    Less signal degradation
5.    Light signals
6.    Low Power
7.    Digital signals
8.    Non-flammable


Kelemahan Fiber Optic
-       Biaya yang mahal untuk peralatannya.
-       Perlu konversi data listrik ke Cahaya dan sebaliknya yang rumit.
-       Perlu peralatan khusus dalam prosedur pemakaian dan pemasangannya.
-       Untuk perbaikan yang kompleks perlu tenaga yang ahli di bidang ini.
-       Selain merupakan keuntungan, sifatnya yang tidak menghantarkan listrik juga merupakan kelemahannya, karena musti memerlukan alat pembangkit listrik eksternal.


B.  Unguided Media Transmission
-       Gelombang Mikro (microwave)
-       Satelit
-       Gelombang Radio
-       Inframerah


Gelombang Mikro

Mikrogelombang merupakan bentuk radio yang menggunakan frekuensi tinggi (dalam satuan gigahertz), yang melimputi kawasan UHF, SHF dan EHF. Mikrogelombang banyak pakai pada system jaringan MAN, warnet dan penyedia layanan internet (ISP)

Keuntungan Menggunakan Gelombang Mikro / Microwave
1.    Akusisi antar tower tidak begitu dibutuhkan
2.    Dapat membawa jumlah data yang besar
3.    Biaya murah, karena setiap tower antena tidak memerlukan lahan yang luas
4.    Frekuensi tinggi atau gelombang pendek hanya membutuhkan antena yang kecil


Kelemahan Gelombang Mikro / Microwave
-       rentan terhadap cuaca, hujan
-       Terpengaruh terhadap pesawat tebang yang melintas diatasnya


Gelombang Radio


Transmisi dengan menggunakan gelombang radio dapat digunakan untuk mengirimkan suara ataupun data. Kelebihan transmisi  ini adalah mengirimkan isyarat dapat dapat dilakukan dengan sembarang posisi (tidak harus lurus pandang) dan bisa dimungkinkan dalam keadaan bergerak. Frekuensi yang digunakan antara 3 KHz sampai 300 GHz.

Penggunaan Gelombang Radio
Digunakan pada band VHF dan UHF : 30 MHz sampai 1 GHz termasuk radio FM dan UHF dan VHF televise. Untuk komunikasi data digital digunakan packet radio.

Inframerah

Infra merah biasa digunakan untuk komuikasi jarak dekat, dengan kecepatan 4 Mbps,dalam penggunaanya untuk pengendalian jarak jauh misalnya (remoute control) pada televisi serta alat elektronik lain.

Keuntungan Inframerah
1.    Kebal terhadap interferensi radio dan elekromagnitik
2.    Inframerah mudah dibuat dan murah
3.    Instlasi mudah
4.    Mudah dipindah-pindah
5.    Keamanan inframerah lebih tinggi dari pada gelombang radio


Kelemahan Inframerah
1.    Jarak terbatas
2.    Infra merah tak dapat menembus diding
3.    Harus ada lintasan lurus dari pengirim dan penerima
4.    Tidak dapat digunakan di luar ruangan, karena akan terganggu oleh cahaya matahari

Wireless Media

Saat ini sudah banyak digunakan jaringan tanpa kabel (wireless network), transmisi data menggunakan sinar infra merah atau gelombang mikro untuk menghantarkan data. Walaupun kedengarannya praktis, namun kendala yang dihadapi disini adalah masalah jarak,bandwidth, dan mahalnya biaya. Namun demikian untuk kebutuhan LAN di dalam gedung, saat ini sudah dikembangkan teknologi wireless untuk Active Hub (Wireless Access Point) dan Wireless LAN Card (pengganti NIC), sehingga bisa mengurangi semrawutnya kabel transmisi data pada jaringan komputer. Wireless Access Point juga bisa digabungkan (up-link) dengan ActiveHub dari jaringan yang sudah ada. Media transmisi wireless menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi. Biasanya gelombang elektromagnetik dengan frekuensi 2.4 Ghz dan 5 Ghz. Data-data digital yang dikirim melalui wireless ini akan dimodulasikan ke dalam gelombang elektromagnetik ini.
 



Sumber :
http://nic.unud.ac.id/~lie_jasa/Kelompok%20III%20Media%20Transmisi%20eks%20A.pdf